20111108

Tiramisu dan Anafilaksia

"Tok..tok..anybody's home??" Risna mengintip dari balik jendela. Tak biasanya rumah ini begitu sepi. Aya sudah 5 hari tidak ada kabarnya. Biasanya sih kalau dia tiba2 menghilang pasti sedang ada 'sesuatu' yang dia kerjakan. Dan Riris jadi satu-satunya yang paling cepat ngeh dengan kelakuan temannya yang satu ini. Risna mengeluarkan HP dari sakunya dan segera menghubungi nomer Aya. Lagu I'm Yours langsung berbunyi dari dalam rumah. Well...aneh sekali Aya pergi tanpa membawa HP. Dia orang paling teliti yang Risna kenal. Barang penting seperti HP tidak mungkin begitu saja ketinggalan. Risna mulai curiga, ia berlari ke rumah sebelah.
"Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam...maaf, mbak siapa ya? Ada keperluan apa?", seorang wanita paruh baya keluar dari dalam rumah.
"Saya temannya Aya yang tinggal disamping rumah ibu, mungkin ibu tahu Aya pergi kemana. Kok aneh ya, sudah 5 hari ini dia gak kuliah dan gak hubungi saya. Terus saya telpon tadi HPnya gak dibawa."
"Wah, Mbak Aya jarang ngomong sama orang disini. Saya sendiri gak perhatian kapan terakhir kali ketemu Mbak Aya."
"Saya mau ambil barang saya yang dipinjam sama Aya sih bu, tapi rumahnya kuncian begitu ya saya pulang aja."
"Kalau Mbak mau, saya bisa anterin ke rumah yang punya kontrakan, mungkin dia bisa pinjemin kunci serep. Nanti kalau Mbak Aya pulang, saya bantu sampein ada yang ambil barang." Risna tersenyum karena masih ada yang bisa dimintai tolong. Kalau tidak, minggu ini tugas akhir kuliahnya bakalan terbengkalai dan tahun ini dipastikan tidak bisa lulus.
Kunci yang dipinjamkan Bu Erni si pemilik kontrakan sedikit berkarat. Agak susah membuka pintu depan dengan kunci seperti itu. Akhirnya pintu terbuka juga. Tak lama setelah pintu terbuka, bau menyengat langsung tercium dari dalam rumah. Pikirannya langsung tertuju kepada Aya. Ia berlari kedalam rumah walaupun ia sendiri hampir muntah mencium bau busuk ini. Tubuhnya langsung lemas begitu melihat tubuh Aya tergolek kaku dan sudah dipenuhi belatung. Tangisnya pecah dan ia langsung menelpon polisi.
Tak lama kemudian polisi datang. Jenazah Aya dibawa dengan ambulans ke RSUD terdekat untuk diotopsi. Aya tinggal sendiri, orang tuanya sudah lama meninggal dan adik-adiknya tinggal di desa dengan neneknya yang sudah tua. Risna galau, tak tahu harus bagaimana caranya mengabarkan kematian Aya yang tragis kepada adik-adiknya.
- 3 hari kemudian -
Akhirnya hasil otopsi Aya resmi dirilis. Disebutkan dalam press release tersebut Aya sudah meninggal 4 hari sebelum ditemukan karena keracunan makanan dan dinyatakan sebagai kecelakaan sendiri. Diatas meja ditemukan tiramisu yang sudah dimakan sebagian dan ditengarai menjadi penyebab utama terbunuhnya korban. Sedari dulu memang Aya alergi kacang. Seorang penderita anafilaksia bisa sesak nafas tiba-tiba sampai kerja paru-parunya berhenti seketika dan dapat menyebabkan kematian. Tapi Risna yakin Aya tidak mungkin berbuat bodoh dengan memakan makanan yang membahayakan jiwanya. Yang lebih aneh lagi di dalam rumah tidak ditemukan EpiPen yang biasanya selalu tersedia untuk anti alergi jika Aya tidak sengaja memakan produk yang ada kandungan kacangnya. Aya tidak pernah lupa membawa EpiPen! Hal ini meyakinkan Risna ada yang ganjil pada kematian Aya. Tapi rumah terkunci dari dalam, seharusnya tidak mungkin ada orang lain masuk ke dalam rumah ketika Aya terbunuh. Tapi siapa yang tahu kan Aya menggandakan kunci rumahnya berapa kali, bisa saja ada orang lain yang memegang kunci rumahnya selain ia sendiri. Kalaupun ada orang lain yang memegang kunci rumahnya, pastilah itu orang dekat korban. Pikiran Risna melayang-layang menyadari banyak hal yang aneh dari kejadian ini.
"Pak, saya ini teman korban yang menemukan jasadnya. Apakah polisi tidak menemukan indikasi teman saya ini kematiannya tidak wajar? Karena saya yakin Aya tidak seceroboh itu memakan sesuatu yang membuat alerginya kumat."
"Sejauh ini masih dinyatakan kecelakaan dik. Tapi kalau ada temuan adik berkaitan dengan kasus ini, kami pasti akan proses." Risna kesal mendengar jawaban polisi didepannya yang asal saja. Darimana dia tahu ada temuan apa sedangkan dihari terakhir hidup Aya ia hanya menerima SMS bahkan bertemu pun tidak. Ow iya, SMS!
"Ris, TA lu mau ambil kapan? Gw udah cetakin, tapi gw masih ada urusan sama cowok gw. Jadi beberapa hari ini mau keluar kota." That's it! Orang terakhir yang ketemu sama Aya mungkin cowoknya dan bisa jadi cowoknya sendiri yang rencanain kematian Aya. Risna memutuskan dia harus segera ketemu dengan cowok Aya.
"Hai Her, gw tau lu masih berkabung, tapi ada yang perlu gw tanyain sama elu, bisa ketemuan sore ini gak? Terserah elu bisanya dimana. Thanks..." Risna mebuat janji dengan Heri berharap mendapatkan info lebih tentang kematian Aya.
- Sore ini di Food Court Sency -
"Kayaknya penting banget Ris, gak biasanya elu ngajak ketemuan..."
"Ya kan gw bener-bener kepikiran sesuatu, makanya gw mau tanya sama elu."
"Terserah elu aja asal gw tahu pasti jawab."
"Hari terakhir elu sama Aya, ada yang aneh gak sama Aya?"
"Biasa aja kayaknya. Kan gw mau anterin dia pulang kampung nyamperin adek-adeknya tapi dia mendadak bilang katanya ada urusan yang kelupaan waktu ada yang SMS ke HPnya, jadinya gw cuma anterin pulang ke kontrakan. Malemnya dia SMS lagi gak jadi pulang kampung."
"Emang siapa yang SMS dia? Kok sampe batalin pulang gitu?"
"Gak tau juga ya, kayaknya teman MLMnya yang biasa main ke kontrakannya."
"Ow...jadi dia sering main ke kontrakannya? Elu punya kunci serep kontrakan Aya gak?"
"Gw punya sih, sama 2 orang lagi juga pegang. Temen MLMnya itu si Dini sama Pak Odi tukang kebun Bu Erni yang punya kontrakan yang biasa bersihin rumah kalo Dini pulang nyamperin adeknya."
"Oke deh, makasih Her. Info lu berguna banget, setidaknya gw gak penasaran lagi." Dari info Heri Risna punya 3 suspect sekarang. Si Heri sendiri yang terakhir ketemu Aya, Dini, Bu Erni, dan Pak Odi yang punya kunci serep kontrakan Aya. Selanjutnya Risna harus mencari motif dari tiap orang yang mungkin terlibat. Mulai dari yang paling gampang aja ditemuin: Pak Odi.
- Sehari setelah press release -
Risna kali ini sudah mempersiapkan pertanyaan yang akan dia ajukan buat Pak Odi. Dengan penuh keyakinan, ia kembali menuju rumah Bu Erni. Disana kebetulan Pak Odi sedang memotong rumput di halaman depan rumah Bu Erni.
"Permisi...Pak Odi bukan ya?"
"Benar, saya sendiri. Kok eneng tahu?"
"Saya dikasih tahu sama Heri pacarnya Aya"
"Ow...Mas Heri yang itu. Iya saya sering ketemu kalo dia anterin neng Aya pulang dari kampung. Selama neng Aya pulang kan saya tidur di kontrakannya, nungguin dia sampe dateng, baru pulang."
"Wah, berarti Pak Odi tau dong siapa yang terakhir main ke kontrakan Aya."
"Kalo gak salah terakhir kali minggu lalu kan neng Aya bilang mau pulang kampung, jadi saya dateng ke kontrakannya. Tapi agak maleman ternyata dia dateng dianter Mas Heri itu katanya gak jadi soalnya ada urusan yang ketinggalan. Yaudah deh, saya pulang aja kan neng Aya nya udah dateng."
"Pak Odi nungguin Heri sampe pulang apa langsung pulang begitu tau Aya dateng?"
"Nggak lah neng, ya saya bersih-bersih rumah dulu seperti biasa. Saya baru pulang waktu temannya yang satu lagi dateng. Kayaknya nginep dia."
"Temannya Aya? Malem-malem begitu?"
"Iya namanya Dini, udah biasa main kesana kok. Malah Bu Erni juga kenal sama Dini itu. Kan Ibu ikutan MLM jadi downline neng Dini."
"Wah, ibu ikut begituan juga ya. Ibu sering main ke kontrakan dong?"
"Sering banget neng...malah kadang ketemuannya gak sama neng Aya, ketemuannya sama neng Dini."
"Begitu ya? Kalau begitu saya bisa bicara sama ibu? Ada yang mau saya tanyain."
"Sebentar ya neng..."
Tak lama kemudian Bu Erni datang dengan membawa minuman ringan.
"Maaf ya dek, adanya cuma ini. Pak Odi ada tamu juga gak disuguhin, saya jadi malu."
"Gak apa-apa Bu. Saya kemari cuma mau tanya-tanya sedikit mengenai Aya."
"Saya maklum kalo adek penasaran, soalnya memang kejadian ini begitu mengagetkan kita semua."
"Makasih Bu. Ibu kenal dengan Dini ya? Terakhir kali ketemu Dini kapan ya?"
"Iya Dini itu menawarkan saya jadi downline di MLM dia. Terakhir kali ketemu minggu lalu di kontrakan saya yang ditinggali Aya itu katanya dia mau kasih duit pinjamannya ke Aya."
"Kok kebetulan ibu pas dateng ke kontrakan Aya ya?"
"Kan kalo Dini bayar utangnya sama Aya, berarti utang Aya ke saya juga bakalan lunas, jadinya saya disuruh dateng juga sama Aya. Setelah si Aya kasih duinya sama saya, saya langsung pulang. Kalo Dini sih gak tau pulangnya jam berapa."
"Boleh saya minta nomer telpon Dini Bu?"
"Ada nih..." Bu Erni memperlihatkan phone booknya yang berisi nomer telpon Dini. Segera setelah mendapatkan nomer itu Risna langsung berpamitan. Informasi yang terakhir ia harap akan didapat dari Dini sebagai kuncinya, karena menurut kronologis cerita semuanya seharusnya Dini lah yang terakhir bertemu Aya di kontrakannya.
- Sore Harinya -
"Halo, apa benar ini nomer HPnya Dini?"
"Benar, ini dengan siapa ya?"
"Saya Risna teman Aya, tau nomer kamu dari Bu Erni. Ada beberapa hal yang mau saya tanyakan kalo Dini gak keberatan."
"Mau tanya tentang apa ya?"
"Terakhir kali Dini ketemu Aya dikontrakan, itu keperluannya apa ya?"
"Saya mau kasih duit hasil penjualan ke Aya, kita kan 1 MLM."
"Berarti abis ngasih duit itu Dini langsung pulang ya? Gak ketemu Bu Erni dong."
"Ketemu lah... tapi saya pulangnya duluan soalnya buru-buru mau nyetor ke tempat lain juga, Bu Erni baru pulang belakangan."
"Lho, kata Bu Erni dia pulang duluan sebelum Dini. Apa beliau yang lupa ya?"
"Saya inget betul waktu saya pulang itu Bu Erni nya masih disana, malahan ada Pak Odi juga kok. Tanya aja sama Heri pacarnya Aya, saya pulangnya nebeng dia soalnya."
"Ada Pak Odi? Kok dia gak cerita ya...aneh! Yaudah deh Din, tengkyu ya infonya."
"Oke Byee.."
Wah, ceritanya gak singkron nih orang-orang. Risna yakin pasti ada diantara mereka yang berbohong. Dan kebohongan itu sepertinya untuk menutupi sesuatu. Risna berpikir keras bagaimana cara memastikan siapa yang berbohong. Sepertinya kunci yang terakhir Risna harus melihat sendiri SMS di HP Aya, bagaimana kronologis yang benar. Tapi sayangnya barang bukti HP diamankan di kantor polisi, jadi Risna harus bersusah payah datang sendiri ke kantor polisi. Untungnya usaha Risna gak sia-sia karena kepolisian sangat welcome asalkan Risna bersedia memberikan informasi yang berkaitan dengan kasus itu.
- inbox SMS pertama:Dini 17:46 -
"Aya, gw mau ke kosan elu ntar malem, ngasih duit yang kemaren. Jangan pergi kemana-mana ya! Sekalian bilang Bu Erni gih, katanya elu mau bayar dia?"
- outbox SMS pertama:Dini 17:48 -
"Wah, gw balik lagi dong ke kontrakan. Yaudah gpp deh."
- outbox SMS kedua:Bu Erni 17:50 -
"Bu, bisa ke kontrakan saya? Saya udah ada duit nih, dari Dini."
- inbox SMS kedua:Bu Erni 18:03 -
"Oke Aya, miskol aja kalo udah sampe nanti saya ke kontrakan kamu."
- inbox SMS ketiga:Dini 18:28 -
"Tunggu gw 5 menit lagi, kena macet nih. Bu Erni suruh tungguin dulu"
- inbox SMS keempat:Heri 21:12 -
"Met malem honey, sleep tight..."
- inbox SMS kelima:Dini 22:13 -
"Tiramisu gw ketinggalan Aya, itu ada kacangnya jangan dimakan, kasih Bu Erni aja ya!"
Akhirnya Risna sadar setelah membaca beberapa SMS terakhir di HP Aya. Heri dan Dini jelas bukan tersangkanya karena Dini secara sadar memperingatkan Aya dan Heri masih meng SMS Aya setelah pulang mengantar Dini. Tapi mengapa Bu Erni berbohong? Padahal kalau ada pembunuhan di kontrakan miliknya jelas ia menjadi orang yang dirugikan karena kontrakan miliknya pasti jadi tidak laku. Risna tidak habis pikir tentang hal ini. Hanya tinggal 2 tersangka yang mungkin sejauh ini. Pak Odi dan Bu Erni. Risna memutuskan untuk kembali bertemu Bu Erni.
- Last Conclutson -
"Maaf Bu Erni, saya kembali lagi karena ada yang perlu saya konfirmasi ulang. Menurut Dini, Bu Erni pulangnya belakangan setelah Dini pulang. Tapi kok cerita Ibu kemaren Dini pulang belakangan?"
"Jadi kamu menuduh saya bohong?!"
"Bukan begitu Bu, saya juga sudah tanya sama Heri dan keterangan yang dia kasih klop dengan Dini."
"Tapi saya gak ada maksud kasih tiramisu itu ke Aya. Saya gak bunuh dia. Sumpah!!"
"Saya gak menuduh ibu, tapi kok ibu langsung berpikiran begitu padahal saya belum menanyakan hal ini."
"Saya lihat berita dan kaget setengah mati setelah tahu penyebab meninggalnya Aya karena tiramisu itu. Padahal dia punya alergi itu saja saya nggak pernah tahu. Dan tiramisu yang dikasih Dini waktu itu saja saya baru ingat kalau pernah menerima itu, tahu-tahu sudah tidak ada di lemari es."
"Oke saya tahu ibu jujur, lagi pula ibu tidak punya alasan untuk melakukan perbuatan ini. Tapi bisa minta tolong ke kantor polisi bersama saya dan Pak Odi? Saya rasa ibu perlu menjadi saksi." Setelah Risna meyakinkan Bu Erni bahwa dia hanya akan menjadi saksi, akhirnya Bu Erni mau diajak pergi ke kantor polisi. Tak lama kemudian kami sampai di kantor polisi. Risna menyerahkan rekaman pembicaraannya dengan Bu Erni. Polisi kemudian menanyakan beberapa hal pada Bu Erni dan Pak Odi.
- Publikasi Pembunuh Sebenarnya -
Beberapa hari berlalu semenjak hari itu. Pak Odi dinyatakan sebagai terdakwa pembunuhan atas meninggalnya Aya. Ternyata motif mengapa dilakukannya pembunuhan tersebut adalah sakit hati Pak Odi pada Aya yang sering memerintah Pak Odi dengan kasar dan tidak memberikan uang gaji yang dijanjikan setiap Pak Odi menjaga rumah kontrakan Aya. Malam itu setelah semua orang pulang ternyata Pak Odi kembali ke kontrakan Aya untuk menagih bayarannya sambil membawa tiramisu Bu Erni yang diberi oleh Dini. Tapi ternyata Aya menolak sehingga Pak Odi marah dan memaksa Aya untuk memakan sepotong tiramisu itu. Tak lama setelah memakannya Aya terkapar sesak nafas. Namun Pak Odi malah membuang EpiPen yang biasa dipergunakan untuk anti alergi sehingga akhirnya Aya tidak tertolong. Pak Odi yang kebingungan, meninggalkan tiramisu itu diatas meja supaya terkesan yang terjadi adalah kecelakaan karena kecerobohan Aya sendiri dan segera pulang ke rumah Bu Erni setelah sebelumnya mengunci kembali rumah Aya. Bu Erni yang merasa orang terakhir sebelum Aya terbunuh berusaha berbohong karena panik, takut dinyatakan sebagai tersangka. Dan berita pembunuhan ini pun akhirnya ramai dipublikasikan di media massa. Banyak orang tak habis pikir dengan yang dilakukan oleh Pak Odi.

 | 
Daisypath Anniversary tickers